Putuskan Mata Rantai Thalassemia, Prodia Gelar Sosialisasi dan Skrining Thalassemia di Banda Aceh

15 November 2019

BANDA ACEH, 12 November 2019 – Thalassemia adalah penyakit kelainan darah yang...

BANDA ACEH, 12 November 2019 – Thalassemia adalah penyakit kelainan darah yang diturunkan secara genetik yang memiliki jenis dan frekuensi terbanyak di dunia. Berdasarkan data dari Bank Dunia, 7% dari populasi dunia merupakan pembawa sifat thalassemia. Setiap tahun sekitar 300.000-500.000 bayi baru lahir disertai dengan kelainan hemoglobin berat, dan 50.000 hingga 100.000 anak meninggal akibat thalassemia dan 80% dari jumlah tersebut berasal dari negara berkembang. 

Indonesia termasuk salah satu negara dalam sabuk thalassemia dunia, yaitu negara dengan frekuensi gen atau angka pembawa sifat thalassemia yang tinggi. Hal ini terbukti dari penelitian epidemiologi di Indonesia yang mendapatkan bahwa frekuensi gen thalassemia beta berkisar 3-10%. Menurut hasil survei Kementerian Kesehatan tahun 2010, Aceh merupakan salah satu provinsi dengan angka suspect thalassemia tertinggi di Indonesia. Persentasenya mencapai 13,8% atau 13 orang dari setiap 100 penduduk Aceh adalah penderita thalassemia.

Tingginya angka Thalassemia di Indonesia mendorong Prodia untuk terus melakukan program Corporate Social Responsibility (CSR) Skrining Thalassemia yang telah dilaksanakan sejak tahun 2010. Komitmen Prodia dalam memutus mata rantai penyakit Thalassemia di Indonesia diwujudkan melalui sosialisasi dan edukasi ke masyarakat terutama para pelajar sekolah menengah keatas dan universitas dan kegiatan skrining thalassemia di beberapa wilayah yang memiliki angka thalassemia yang tinggi.

Setelah melakukan kegiatan skrining thalassemia di Bandung, Depok, Kuningan, Palembang dan Purwokerto, Prodia kembali melaksanakan skrining thalassemia di Banda Aceh. Acara sosialisasi dan skrining thalassemia ini diselenggarakan bekerjasama dengan Yayasan Darah untuk Aceh dan dihadiri oleh Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Aceh Darwati A Gani, Ketua Yayasan Darah Untuk Aceh Nurjannah Husien, dr Heru Noviat SpA, Corporate Secretary Assistant Manager Prodia Dinar Primasari dan Branch Manager Prodia Banda Aceh Indah Dwi Syahputri.

“Skrining Thalassemia ini merupakan program CSR Prodia yang telah dilakukan secara berkelanjutan sejak tahun 2010. Dengan adanya skrining thalassemia ini, kami berharap dapat turut berkontribusi dalam memutus mata rantai thalassemia di Indonesia. Selain skrining thalassemia, kami juga aktif melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai berbagai info kesehatan di kota dan kabupaten Bogor,” ujar Branch Manager Prodia Banda Aceh Indah Dwi Syahputri di sela-sela sosialisasi dan skrining thalassemia di Pendopo Gubernur Aceh (12/11).

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI, pembiayaan kesehatan untuk thalasemia menempati posisi ke-5 di antara penyakit tidak menular setelah penyakit jantung, kanker, ginjal, dan stroke. Biayanya sebesar 225 milyar rupiah di tahun 2014 dan menjadi 452 milyar rupiah di tahun 2015. Pada 2016 menjadi 496 milyar rupiah, 532 milyar di tahun 2017, dan sebesar 397 milyar sampai dengan bulan September 2018.

“Kami berterima kasih kepada Prodia yang telah berkomitmen untuk melakukan kegiatan skrining Thalassemia setiap tahunnya. Sosialisasi dan edukasi mengenai seluk beluk penyakit thalassemia perlu terus dilakukan terutama kepada generasi muda agar dapat mencegah penyebaran thalassemia,” tutur Ketua Yayasan Darah untuk Aceh Nurjannah Husein pada saat sosialisasi dan edukasi Skrining Thalassemia, di Banda Aceh.

*****

Tentang PT Prodia Widyahusada Tbk

Laboratorium klinik Prodia didirikan pertama kali di Solo pada 7 Mei 1973 oleh beberapa orang idealis berlatar belakang pendidikan farmasi. Sejak awal, Bapak Andi Widjaja beserta seluruh pendiri lainnya tetap menjaga komitmen untuk mempersembahkan hasil pemeriksaan terbaik dengan layanan sepenuh hati.

Sebagai pemimpin pasar, sejak 2012 Prodia merupakan satu-satunya laboratorium dan klinik di Indonesia dengan akreditasi College of American Pathologists (CAP). Sehingga kualitas hasil tes dari laboratorium Prodia sejajar dengan laboratorium internasional.

Pada 7 Desember 2016, Bursa Efek Indonesia (BEI) meresmikan pencatatan saham perdana Prodia sebagai emiten ke-15 di tahun 2016, dengan kode saham “PRDA”. Dalam aksi korporasi itu, Prodia telah menawarkan saham perdana sebanyak 187,5 juta lembar saham. Dengan demikian, dana yang diraih dari penawaran umum perdana saham (IPO) perseroan mencapai sebesar Rp1,22 triliun.

Hingga saat ini, Prodia telah mengoperasikan jejaring layanan sebanyak 283 outlet di 34 provinsi dan 125 kota di seluruh Indonesia, beberapa diantaranya merupakan Prodia Health Care (PHC) yakni layanan wellness clinic yang berbasis personalized medicine serta specialty clinics yang terdiri dari Prodia Children’s Health Centre (PCHC), Prodia Women’s Health Centre (PWHC) dan Prodia Senior Health Centre (PSHC).   

Untuk informasi lebih lanjut, dapat mengunjungi www.prodia.co.id atau menghubungi:

Marina Eka Amalia
Legal Head & Corporate Secretary
PT Prodia Widyahusada Tbk
Ph.      +62-21 3144182 ext 3816
E-mail:   corporate.secretary@prodia.co.id