Menguji Kepekaan Bakteri Terhadap Sensitivitas Antibiotik

20 July 2017

Resistensi antibiotik adalah perlawanan/daya tahan bakteri terhadap antibiotik yang awalnya...

Resistensi antibiotik adalah perlawanan/daya tahan bakteri terhadap antibiotik yang awalnya efektif untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri tersebut.

Resistensi antibiotik dapat terjadi secara alami atau didapat. Resistensi alami adalah bagian dari karakteristik fisik mikroorganisme yang normal. Bakteri akan berkembang biak memperbanyak diri menghasilkan banyak generasi baru dalam waktu yang singkat. Dalam proses ini selalu ada potensi terjadinya resistensi antibiotik melalui adanya perubahan genetik (mutasi) pada bakteri tersebut. Peroses ini dapat memberi bakteri sifat "mempertahankan diri" dan sifat ini akan diturunkan ke generasi selanjutnya.

Selain secara alami, resistensi antibiotik diperoleh bakteri melalui proses seleksi (resistensi didapat). Jika seseorang diobati dengan antibiotik, bakteri yang paling peka akan mati pertama kali. Jika pengobatan dihentikan sebelum semua bakteri penyebab penyakit infeksi (patogen) itu mati, maka patogen yang bertahan hidup akan mengembangkan sifat resistensi terhadap obat tersebut. Di lain waktu, jika patogen tersebut terpapar dengan obat yang sama, maka obat tersebut tidak akan efektif lagi karena patogen dan keturunannya kemungkinan mempertahankan sifat resistensi terhadap obat tersebut.

Banyak upaya yang telah dilakukan untuk menekan angka resistensi antibiotik, salah satunya dengan mengontrol penggunaannya. Penggunaan antibiotik yang tepat untuk suatu infeksi bakteri tertentu dapat dilakukan melalui pemeriksaan kultur, yaitu pemeriksaan untuk mengetahui jenis bakteri penyebab penyakit infeksi dan kemudian menentukan jenis antibiotik apa yang paling tepat yang dapat digunakan melalui tes/uji kepekaan antibiotik.

Uji Kepekaan/Sensitivitas Antibiotik

Tes uji kepekaan antibiotik digunakan untuk menentukan antibiotik mana yang akan menghambat pertumbuhan bakteri penyebab penyakit infeksi. Hasil pemeriksaan ini akan membantu praktisi kesehatan untuk menentukan jenis antibiotik yang kemungkinan paling efektif dalam mengobati penyakit infeksi seseorang.

Tes uji kepekaan antibiotik ini biasanya diminta pada saat yang bersamaan dengan pemeriksaan kultur. Namun, pemeriksaan biasanya hanya akan dilakukan jika hasil kultur positif untuk satu atau lebih bakteri patogen. Pemeriksaan kultur dilakukan dengan cara menumbuhkan bakteri penyebab penyakit pada suatu media pertumbuhan tertentu menggunakan sampel yang didapat dari tempat infeksi, contohnya sampel darah, urine, luka, tinja, apus tenggorok, dll.

Uji kepekaan antibiotik juga dapat diminta oleh dokter ketika suatu infeksi tidak merespon terhadap pengobatan, dengan tujuan untuk melihat apakah bakteri patogen telah memiliki resistensi terhadap obat antibiotik yang diberikan dan lebih lanjut menentukan antibiotik mana yang tepat dan akan efektif dalam mengobati penyakit infeksi bakteri tersebut.

Hasil pemeriksaan

Untuk setiap antibiotik yang diuji, hasil pemeriksaan kepekaan antibiotik biasanya dilaporkan sebagai berikut:

  1. Susceptible/Sensitive (S) - Kemungkinan antibiotik yang diuji dapat menghambat bakteri patogen, sehingga dapat digunakan sebagai petunjuk untuk pemilihan antibiotik yang tepat untuk pengobatan.
  2. Intermediate (I) - Kemungkinan antibiotik yang diuji efektif pada dosis yang lebih tinggi, atau frekuensi dosis yang lebih sering, atau hanya efektif pada tempat spesifik tertentu di dalam tubuh dimana antibiotik dapat berpenetrasi untuk menyediakan konsentrasi yang adekuat.
  3. Resistance (R) - Antibiotik tidak efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri, kemungkinan bukan merupakan pilihan yang tepat untuk pengobatan.

Praktisi kesehatan akan memilih obat yang tepat dari laporan hasil tersebut di atas yaitu antibiotik yang dikategorikan sebagai "Susceptible/Sensitive (S)"

Tes molekular untuk deteksi resistensi antibiotik

Ada cara lain yang dapat digunakan untuk mengetahui resistensi antibiotik yaitu menggunakan metode molekuler. Tujuan pemeriksaan ini untuk mengetahui adanya perubahan (mutasi) pada materi genetik bakteri yang menyebabkan bakteri tetap tumbuh (resisten) walaupun diberikan antibiotik. Pemeriksaan berbasis molekular memungkinkan deteksi cepat tanpa harus menumbuhkan bakteri terlebih dahulu.