Panel Indonesia untuk Penunjang Diagnosis Alergi

16 August 2017

Bagi sebagian orang, alergi menjadi suatu penyakit yang terdengar biasa dan sering kali...

Bagi sebagian orang, alergi menjadi suatu penyakit yang terdengar biasa dan sering kali terabaikan. Namun, tanpa kita sadari, alergi yang dialami dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, bahkan dapat membahayakan jiwa.

Alergi merupakan kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang umumnya imunogenik (antigenik) atau dapat dikatakan orang tersebut bersifat atopik. Dengan kata lain, alergi terjadi ketika tubuh manusia bereaksi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing dan berbahaya, padahal sebenarnya tidak untuk orang-orang yang bersifat atopik.

Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut alergen. Ironisnya, banyak hal yang dianggap asing oleh sistem imun tubuh ini ternyata adalah hal-hal yang biasa kita temukan di rumah. Terdapat banyak variasi tes untuk mendiagnosis kondisi alergi. Diagnosis harus disesuaikan dengan riwayat pasien. Pemeriksaan umumnya meliputi penyuntikan alergen-alergen pada kulit dan melihat pembengkakan yang terjadi atau melakukan tes darah untuk IgE spesifik alergen.

Tanda dan Gejala Alergi

Tanda dan gejala alergi yang umum, termasuk:

- Masalah pernapasan hidung tersumbat, pilek, bersin, gejala asma (suara mengi dan sesak napas).

- Konjungtivitis, peradangan selaput lapisan mata mata memerah, gatal, dan berair.

- Alergi dermatitis eksim, ruam merah, gatal-gatal.

Alergi berat yang terjadi pada sebagian orang terhadap lingkungan, makanan, obat-obatan atau reaksi terhadap sengatan dari tawon dapat membahayakan jiwa dengan timbulnya anafilaksis.

Diagnosis Alergi

Diagnosis alergi mencakup 4 tahap yang saling melengkapi yaitu pemeriksaan riwayat, tes kulit, pemeriksaan alergi in vitro dan uji provokasi. Tes kulit untuk mendeteksi antibodi IgE spesifik telah banyak digunakan untuk membantu diagnosis alergi, tetapi pada beberapa kondisi tes kulit ini menemui kendala yang mungkin disebabkan beberapa hal, seperti:

- Ganggguan kulit yang luas. Tes kulit harus dilakukan pada kulit yang sehat atau normal.

- Dermatographism yang berat.

- Kerja sama pasien yang kurang.

- Penggunaan anti histamin atau obat lain yang dapat mengganggu hasil tes kulit.

Pada kondisi lain skin test (in vio) memerlukan perhatian khusus seperti pada keadaan asma menetap yang berat atau tidak stabil, kehamilan (karena ada risiko anafilaksis dengan hipotensi dan kontraksi rahim), bayi, pasien yang mengonsumsi beta-blockers.

Pada praktik klinis, metode in vitro untuk mendeteksi IgE spesifik alergen dalam serum memberikan manfaat yang berbeda jika dibandingkan dengan metode in vivo.

Pemeriksaan in vitro menjadi alternatif pemeriksaan karena memiliki kelebihan seperti:

- Dapat dilakukan pada pasien yang sedang menerima terapi yang dapat mempengaruhi hasil tes kulit (anti histamin, anti depresan).

- Tidak ada risiko reaksi sistemik.

- Dapat dilakukan pada pasien yang sedang mengalami extensive eczema.

Pemeriksaan IgE Atopy (Panel Indonesia) dengan metode in vitro adalah pemeriksaan semi-kuantitatif untuk mendeteksi kemungkinan alergen yang memicu terjadinya gejala-gejala alergi pada pasien dan dapat menjadi pilihan dalam upaya deteksi alergen pada kondisi yang tidak memungkinkan dilakukannya skin test.

Pemeriksaan IgE Atopy (Panel Indonesia) terdiri dari 55 Alergen yang lebih sesuai dengan alergen yang ada di Indonesia, meliputi beberapa kelompok alergen seperti alergen yang berasal dari pohon/tanaman/rumput, tungau, hewan, komponen susu, jamur, komponen makanan, makanan laut, sayuran dan buah-buahan, serta daging.

Alergi dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan lingkungan kita dan menghindari diri dari pemicu atau alergen. Tapi jika gejala-gejala alergi terlanjur muncul, usahakan untuk langsung menemui dokter agar diberikan obat anti alergi untuk mengurangi gejalanya.