Ruam Kulit dan Nyeri Sendi, Apakah Aku Terkena Lupus?

22 August 2017

Penyakit yang dalam istilah medis disebut Systemic lupus erythematosus (SLE) atau...

Penyakit yang dalam istilah medis disebut Systemic lupus erythematosus (SLE) atau lebih dikenal dengan istilah lupus itu merupakan penyakit menetap atau bersifat kronik (menahun). Lupus termasuk ke dalam kelompok penyakit autoimun. Pada penyakit autoimun, sistem imun yang didesain untuk melindungi tubuh malah berbalik menyerang sel tubuh sendiri, akibatnya terjadi peradangan dan kerusakan berbagai jaringan tubuh seperti sendi, kulit, ginjal, jantung, paru, pembuluh darah dan otak.

Keparahan penyakit lupus ini bervariasi dari ringan sampai berat. Mayoritas penderita lupus (90%) adalah wanita. Tanda dan gejala pertama kali penyakit ini muncul pada usia sekitar 15 sampai 44 tahun, dapat berupa kelelahan berlebih, nyeri atau bengkak pada sendi (arthritis), demam, ruam pada kulit, dan gangguan ginjal.

Saat ini, tidak ada obat untuk menyembuhkan lupus akan tetapi penyakit ini dapat dikontrol secara efektif dengan obat-obatan dan kebanyakan individu yang mengalaminya dapat hidup sehat dan akif.

Bagaimana cara mengetahuinya?

Tidak ada pemeriksaan tunggal untuk mendiagnosis lupus. Diagnosis dapat dibuat berdasarkan informasi dan riwayat medis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah, biopsi kulit atau biopsi ginjal.

Jika gejala yang muncul mengarah pada penyakit lupus, pemeriksaan anti nuclear antibody (ANA) merupakan pemeriksaan laboratorium yang paling tepat untuk dilakukan.

Pada beberapa kasus, ANA dapat menunjukkan hasil positif, meskipun diagnosis lupus belum ditegakkan.

Meskipun hampir semua penderita lupus memiliki antibodi, hasil ANA positif itu tidak serta merta mengindikasikan bahwa seseorang dapat dikatakan menderita lupus. Hasil ANA positif seringkali juga ditemukan pada individu normal, terutama pada usia lanjut dan banyak ditemukan pada penyakit lain seperti infeksi kronis, penyakit hati kronis, dan autoimmune rheumatic diseases lainnya. Oleh karena itu hasil ANA positif saja tidak cukup untuk menegakkan diagnosis lupus. Dokter harus mempertimbangkan hasil tersebut dengan kriteria lainnya.

Antibodi adalah protein yang berperan dalam sistem imun. Antibodi lain yang dapat terdeteksi dalam darah penderita lupus adalah anti-double-stranded DNA (anti-dsDNA). Anti-dsDNA bermanfaat dalam diagnosis lupus. Meskipun begitu hampir 25% pasien lupus memiliki hasil anti-dsDNA yang negatif. Oleh karena itu hasil pemeriksaan yang negatif tidak langsung menunjukkan bahwa individu tersebut tidak memiliki lupus.

Berbagai antibodi lain juga berkaitan dengan lupus, contohnya anti-phospholipid, anti-Sm, anti-Ro dan anti-La. Gejala yang khas dikombinasikan dengan konsentrasi tinggi antibodi biasanya mengindikasikan bahwa seseorang mengalami lupus.

Perlu pemeriksaan berulang

Lupus adalah penyakit yang dapat kambuh dan terjadi secara berulang, sehingga tujuan dari terapi adalah untuk mengelola periode kekambuhan yang bisa berpotensi mengancam jiwa, meminimalkan risiko kekambuhan selama periode stabil dan mengontrol kondisi yang tidak mengancam jiwa tetapi sering menghambat aktivitas sehari-hari.

Karena itu, untuk mengetahui aktivitas penyakit pada pasien lupus agar pemberian terapi dapat dilakukan dengan benar, salah satu cara memantaunya adalah melalui pemeriksaan laboratorium.

Salah satu pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk pemantauan kondisi pasien lupus yaitu pemeriksaan anti-dsDNA. Konsentrasi anti-dsDNA berubah-ubah sesuai aktivitas penyakit, kekambuhan penyakit biasanya dibarengi dengan peningkatan antibodi anti-dsDNA dengan demikian pemeriksaan anti-dsDNA secara rutin bermanfaat sebagai alat untuk pemantauan.

Pemeriksaan lain yang menunjukkan terjadinya peradangan, yang salah satunya bisa disebabkan oleh autoimun, di antaranya adalah C-reactive protein (CRP) dan laju endap darah. Akan tetapi seperti halnya CRP, Peningkatan laju endap darah tidak spesifik lupus karena banyak penyebab lain yang menyebabkan hasil yang tidak normal, salah satunya infeksi. Namun, kedua pemeriksaan ini tidak digunakan untuk mendiagnosis lupus maupun membedakan kekambuhan lupus dengan terjadinya infeksi. Konsentrasinya juga tidak berhubungan secara langsung dengan aktivitas penyakit. Oleh karena itu kedua pemeriksaan tersebut tidak bermanfaat untuk pemantauan aktivitas penyakit.

Pemantauan aktivitas penyakit lupus memang penting dilakukan, akan tetapi pemeriksaan darah yang lain juga diperlukan untuk memantau kondisi organ yang juga bisa dipengaruhi oleh penyakit lupus, contohnya organ ginjal.

Peningkatan aktivitas penyakit lupus ini biasanya dapat dikontrol dengan berbagai jenis obat. Karena itu, kebanyakan pasien lupus dapat memiliki kehidupan yang aktif dan sehat. Selain dengan pengobatan, disarankan bagi penderita lupus untuk menghindari faktor pencetus terjadinya kekambuhan seperti sinar ultraviolet. Sunscreen dan pakaian yang menutupi kulit dapat bermanfaat bagi para penderita lupus. Penghentian obat secara tiba-tiba harus dihindari, khususnya kortikosteroid, karena dapat menyebabkan kekambuhan.

Kunci sukses pengelolaan penyakit adalah dengan secara teratur melakukan pemantauan baik dari sisi gejala, aktivitas penyakit dan efek samping terapi.