Osteoporosis

Pencegahan Osteoporosis: Jaga Kesehatan Tulang

13 October 2023

Kenali faktor risiko, gejala, dan pemeriksaan kesehatan tulang untuk mencegah osteoporosis.

Tulang berfungsi sebagai fondasi tubuh yang menyangga tubuh agar tetap tegak dan kokoh. Bayangkan jika fondasi ini keropos? Sama seperti batang pohon yang digerogoti rayap dan akhirnya roboh, tulang yang keropos akan lebih rentan untuk patah. Dampaknya tidak hanya menimbulkan rasa nyeri, tetapi juga menurunkan kualitas hidup seseorang, bahkan mungkin membuat bergantung pada bantuan orang lain. Bahkan lebih buruk, osteoporosis bisa berujung pada kematian dan membutuhkan biaya pengobatan yang tinggi. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui risiko osteoporosis sejak dini dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat.

Faktor risiko osteoporosis

Menurut World Health Organization (WHO), osteoporosis, juga dikenal sebagai tulang keropos, adalah suatu kondisi penurunan kepadatan tulang, kerusakan arsitektur tulang, dan meluasnya kerapuhan tulang. Akibatnya, kekuatan tulang menurun dan risiko patah tulang meningkat. Osteoporosis terjadi karena adanya ketidakseimbangan dalam proses remodeling tulang, di mana resorpsi atau penyerapan tulang lebih besar daripada pembentukan tulang. Pada kondisi ini, tulang mengalami pembongkaran yang berlebihan, menyebabkan perubahan massa, struktur, dan kekuatan tulang hingga membuatnya menjadi rapuh dan rentan terhadap patah.

Beberapa individu yang memiliki risiko tinggi mengalami osteoporosis meliputi:

  • Wanita pasca-menopause: Perubahan hormonal setelah menopause dapat mengakibatkan penurunan kepadatan tulang.
  • Individu berusia 65 tahun atau lebih: Penuaan adalah faktor risiko utama untuk osteoporosis.
  • Riwayat keluarga: Jika ada anggota keluarga yang pernah patah tulang atau mengalami osteoporosis, risiko kamu bisa lebih tinggi.
  • Patah tulang sebelumnya: Jika kamu pernah mengalami patah tulang atau cedera berat setelah mencapai usia 40 tahun, risiko kamu meningkat.
  • Penggunaan obat kortikosteroid: Mengkonsumi obat-obat ini dalam jangka panjang (selama 3 bulan berturut-turut atau lebih) dapat meningkatkan risiko.
  • Berat badan rendah: Orang dengan berat badan rendah atau terlalu kurus memiliki risiko lebih tinggi.
  • Kekurangan kalsium dan vitamin D: Nutrisi ini penting untuk kesehatan tulang.
  • Aktivitas fisik yang kurang atau berlebihan: Tingkat aktivitas fisik yang kurang atau berlebihan dapat memengaruhi kepadatan tulang.
  • Menopause dini: Wanita yang mengalami menopause lebih awal, berisiko lebih tinggi.
  • Penyakit atau kondisi lain:  Kondisi seperti gagal ginjal, menjalani dialisis atau cuci darah, hipotiroidisme, atau masalah malabsorbsi juga dapat meningkatkan risiko.

Dengan memahami faktor-faktor risiko ini, kamu bisa mengambil langkah-langkah pencegahan yang sesuai untuk menjaga kesehatan tulang kamu.

Gejala osteoporosis

Osteoporosis seringkali disebut sebagai “silent disease” karena proses hilangnya massa tulang berlangsung secara progresif selama bertahun-tahun tanpa kita sadari dan tanpa disertai adanya gejala. Gejala seperti patah tulang, tulang punggung yang semakin membungkuk, berkurangnya tinggi badan, serta nyeri punggung umumnya muncul pada tahap lanjut osteoporosis. Sayangnya, seringkali kondisi ini diabaikan karena dianggap sebagai bagian dari proses alami penuaan. Namun, apabila kondisi ini dibiarkan saja, osteoporosis dapat menyebabkan penderitaan seumur hidup yang tentu tidak diinginkan oleh siapa pun. 

Itulah mengapa penting untuk meningkatkan kesadaran mengenai osteoporosis sejak dini, terutama jika kamu memiliki faktor risiko. Kamu dapat memulai dengan menjalani pemeriksaan kesehatan untuk menilai kondisi tulang kamu. Dengan langkah-langkah pencegahan yang tepat, kamu dapat menghindari komplikasi serius akibat osteoporosis di masa mendatang.

Pemeriksaan kesehatan tulang

Saat ini, ada 2 (dua) metode yang dapat digunakan untuk menilai kondisi tulang, yaitu Bone Mineral Density (BMD) dan pemeriksaan penanda biokimiawi tulang. Walaupun masing-masing memiliki prinsip yang berbeda, keduanya saling melengkapi dan diperlukan untuk mendapatkan informasi yang lebih komprehensif mengenai status tulang.

  1. Bone Mineral Density (BMD): Metode ini mengukur kepadatan mineral (seperti kalsium) dalam tulang menggunakan sinar X khusus, CT-Scan, atau ultrasonografi. Hasil pemeriksaan ini memberikan informasi tentang kepadatan tulang pada saat pemeriksaan dilakukan. Namun, perlu diingat bahwa pemeriksaan BMD tidak dapat memprediksi kepadatan tulang di masa depan.
  2. Penanda Biokimiawi Tulang: Metode ini menggunakan pemeriksaan sampel darah di laboratorium. Ini mengukur aktivitas pembentukan dan penyerapan tulang serta keseimbangan antara keduanya. Jika penyerapan atau pembongkaran tulang lebih besar daripada pembentukan tulang, maka kepadatan tulang dapat berkurang dengan cepat dan meningkatkan risiko osteoporosis di masa mendatang.

Pemeriksaan penanda biokimiawi tulang mencakup N-MID Osteocalcin dan C-Tx (C-Telopeptide). N-MID Osteocalcin adalah bagian dari osteocalcin, protein yang dihasilkan oleh sel osteoblast yang berperan dalam pembentukan tulang. Oleh karena itu, kadar N-MID Osteocalcin dapat digunakan untuk mengevaluasi aktivitas osteoblast dalam pembentukan tulang. Sementara itu, pemeriksaan C-Tx (C-Telopeptide) berguna untuk mengukur penyerapan atau pembongkaran tulang.

Jika hasil pemeriksaan penanda biokimiawi tulang menunjukkan risiko osteoporosis yang tinggi, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter. Dokter mungkin akan merekomendasikan pemeriksaan lanjutan, seperti pemeriksaan BMD untuk menentukan tingkat kepadatan tulang dan kondisi tulang serta memastikan ada tidaknya osteoporosis.

Penting untuk diingat bahwa risiko patah tulang akibat osteoporosis tidak selalu berkaitan langsung dengan penurunan nilai BMD. Oleh karena itu, untuk diagnosa yang lebih baik, diperlukan kombinasi pemeriksaan BMD dan pemeriksaan penanda biokimiawi tulang.

Mari mencegah osteoporosis dengan mengenali faktor risiko secara dini, memulai gaya hidup sehat (termasuk berolahraga secara teratur dan mengikuti pola makan seimbang), dan melakukan pemeriksaan kesehatan tulang secara berkala. Dengan langkah yang tepat, kita dapat memastikan bahwa fondasi tubuh kita tetap kokoh dan kuat sepanjang hidup.