Personalized Medicine Pada Penyakit Jantung

29 September 2017

Dua orang pasien, Bapak Amran dan Bapak Amir sama-sama mengonsumsi Obat Clopidogrel dengan...

Dua orang pasien, Bapak Amran dan Bapak Amir sama-sama mengonsumsi Obat Clopidogrel dengan dosis standar yang sama sejak 1 tahun lalu, sejak mengalami serangan jantung pertama. Namun, secara tiba-tiba, Bapak Amran mengalami kejadian serangan jantung berulang. Setelah diselidiki, ternyata Bapak Amran tidak cukup menerima dosis Clopidogrel atau dengan kata lain, dosis obatnya harus dinaikkan. Dan ternyata dari hasil penyelidikan, peranan genetiklah yang menyebabkan hal ini dapat terjadi.

Respon seseorang terhadap obat tidaklah sama. Ada beberapa hal yang menyebabkan perbedaan respon seseorang terhadap obat, diantaranya adalah genetika, usia, jenis kelamin, lingkungan dan penyakit. Oleh karena itu, pemberian terapi seragam atau satu obat untuk semua pasien untuk menangani suatu penyakit tertentu, tidak memberikan hasil pengobatan yang sama.

Dengan demikian, untuk menangani satu penyakit yang diderita seorang pasien haruslah dengan pendekatan individual yang sesuai dengan kondisinya yang khas. Hal ini dikenal sebagai pengobatan secara personal atau personalized medicine.

Kolerasi atau hubungan antara faktor genetik dengan penyakit jantung masih menjadi topik penelitian yang hangat di seluruh dunia. Adanya variasi genetik pada enzim yang memetabolisme obat, dapat menyebabkan aktivitas enzim yang dihasilkan berbeda. Enzim yang dihasilkan dapat saja memetabolisme obat menjadi zat aktif seperti harapan semula, tetapi dapat juga menghasilkan zat yang justru menimbulkan efek samping. Karena itu, sebelum memulai terapi perlu dilakukan pemeriksaan genetik, untuk mengetahui apakah gen akan berpengaruh atau tidak terhadap obat yang akan diminumnya. Hal ini dilakukan untuk menentukan jenis dan atau dosis obat yang akan diminum itu, yang akan berpengaruh terhadap efek pengobatan dan kesembuhan seseorang.

Clopidogrel dan Penyakit Jantung

Clopidogrel merupakan salah satu obat yang familiar pada penderita penyakit jantung. Salah satu penyebab penyakit jantung adalah pembekuan darah di pembuluh darah arteri, sehingga akan membuat aliran darah ke seluruh tubuh terhambat. Clopidogrel merupakan obat anti pembekuan darah yang bekerja dengan menghambat pembentukan bekuan di pembuluh darah sehingga dapat mencegah terjadinya serangan jantung dan stroke yang diakibatkan dari penyumbatan pembuluh darah. Clopidogrel akan diberikan kepada orang berisiko tinggi dan yang baru terkena serangan jantung atau stroke. Contoh orang yang berisiko adalah penderita gangguan sirkulasi darah, sindrom koroner akut, atau filbrasi atrium.

Metabolisme Obat Clopidogrel

Clopidogrel adalah prodrug, atau obat yang belum aktif sebelum diaktivasi terlebih dahulu oleh hati sehingga menjadi active drug, atau obat yang aktif dan dapat memberikan efek kepada tubuh. Sitokrom P450 (CYP) adalah sekelompok enzim (isoenzim) yang memainkan peranan penting dalam metabolisme atau mengubah obat menjadi metabolit yang aktif. Salah satu enzim di hati yang berperan dalam metabolisme obat Clopidogrel menjadi metabolit yang aktif adalah CYP2C19. Oleh karena itu, jika seseorang mengalami mutasi genetik CYP2C19 akan berpengaruh kepada kemampuan dari enzim CYP2C19 mereka dalam mengubah obat Clopidogrel menjadi metabolit yang aktif. Akibat dari mutasi genetik ini adalah penurunan, peningkatan, bahkan hilangnya aktivitas enzim. Sehingga individu yang mengalami mutasi gen CYP2C19 ini, apabila diberikan atau mengonsumsi Clopidogrel memerlukan peningkatan dosis atau bahkan alternatif terapi yang lain.

'Boxed Warning' pada Penggunaan Clopidogrel

Pada bulan Maret 2010, Food and Drug Administration (FDA) menyetujui sebuah 'boxed warning' pada label Clopidogrel yang memberikan informasi mengenai kemungkinan terjadinya penurunan efektivitas obat bagi pasien dengan gangguan kemampuan untuk mengubah obat menjadi bentuk aktifnya.

Peringatan pada boks ini berdasarkan pandangan bahwa efek anti pembekuan darah Clopidogrel sangat tergantung dari aktivasinya oleh sistem enzim CYP sehingga pasien dengan penurunan fungsi CYP2C19 akibat mutasi genetik tidak dapat memetabolisme clopidogrel dengan baik sehingga memiliki angka kejadian kardiovaskular yang tinggi setelah terjadinya Sindrom Koroner Akut dan Intervensi Koroner Perkutan (PCI) dibandingkan pasien dengan CYP2C19 normal.

Peringatan ini juga menginformasikan bahwa telah tersedia pemeriksaan laboratorium yang dapat mengidentifikasi pasien dengan mutasi genetik dan oleh karena itu strategi pengobatan alternatif mesti dipertimbangkan pada kelompok yang termasuk ke dalam kelompok poor metabolizer. Istilah poor metabolizer (PM) mengacu pada individu yang memiliki mutasi genetik sehingga menyebabkan kehilangan seluruh fungsi enzim atau enzim tidak dapat berfungsi untuk memetabolisme obat Clopidogrel.