"Karena Awal yang Manis dapat Berakhir Tragis” - Balikpapan

21 August 2015

Balikpapan, 19 September 2015 - Jumlah penderita penyakit diabetes masih terus meningkat....

Balikpapan, 19 September 2015 - Jumlah penderita penyakit diabetes masih terus meningkat. World Diabetes Foundation mengungkapkan bahwa hingga tahun 2014, sebanyak 382 juta jiwa di dunia hidup sebagai penyandang diabetes. Bahkan diperkirakan hingga tahun 2035, kasus ini akan terus meningkat menjadi 592 juta jiwa, atau dengan kata lain 1 dari 10 orang akan menderita diabetes. Hal tersebut merupakan suatu masalah yang serius di dunia, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia. Kemajuan perekonomian sebagai dampak dari pembangunan bukan hanya meningkatkan taraf kesehatan masyarakat Indonesia, tapi juga diikuti dengan perubahan pola hidup yang menyebabkan terjadinya perubahan pola penyakit, yaitu dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif seperti diabetes melitus.

Berdasarkan permasalahan tersebut, Laboratorium Klinik Prodia berupaya mengkampanyekan pencegahan penyakit diabetes melitus bagi seluruh rakyat Indonesia melalui roadshow seminar dokter bertema “Good Doctor for Preventive Medicine - Focus on Managing Prediabetes” di 15 kota besar. Hari ini (19/09/15), seminar diadakan di Blue Sky Hotel - Balikpapan. Narasumber yang diundang dalam seminar tersebut yaitu Dr. dr. Gatot S. Lawrence, MSc, Sp.PA (K), DKM, SpF, FESC; dr. Rudy Mokodompit, Sp.PD, Sp.KL; Dr. Marita Kaniawati, M.Si, Apt; dan dr. Heribertus Gunadi, Sp.PD, MSc sebagai moderator.

Kasus diabetes melitus dapat diminimalisasi melalui pemantauan prediabetes. Melalui seminar ini, Prodia memberikan informasi kepada para peserta (dokter) mengenai faktor risiko dan pentingnya manajemen prediabetes sejak dini. Para peserta diharapkan mampu menangani pasien terutama yang berisiko mengalami prediabetes dan telah terdiagnosis prediabetes, serta menganjurkan pemeriksaan yang tepat pada laboratorium terbaik sehingga mampu mengurangi penyandang diabetes melitus di Indonesia.

Prediabetes adalah suatu keadaan di mana kadar gula dalam darah di atas normal tetapi masih berada di bawah batasan kadar gula darah untuk diagnosis diabetes. Pada prediabetes tubuh menjadi resisten terhadap kerja insulin dan tidak mampu mengolah gula dari aliran darah seperti yang seharusnya. Akibatnya, kadar gula darah menjadi tinggi dan jika dibiarkan berlangsung lama, risiko terjadinya penyakit jantung dan stroke akan meningkat. “Ironisnya, 9 dari 10 orang di dunia tidak menyadari bahwa mereka adalah penderita prediabetes. Padahal 70% kasus prediabetes akan berkembang menjadi diabetes melitus, bahkan 1 dari 3 penyandang diabetes juga mengalami hipertensi. Di Indonesia prevalensi prediabetes ternyata cukup tinggi, yaitu mencapai 10,2% atau sekitar 24 juta penduduk Indonesia. Oleh karena itu, pemeriksaan predibetes dini sangat diperlukan.” Jelas dr. Gatot.

Menurut penelitian, mereka yang berisiko terkena prediabetes hingga diabetes melitus yaitu mereka yang memiliki kadar trigliserida>150 mg/dL, kolesterol HDL pada pria<40mg/dl dan wanita<50 mg/dl, bertekanan darah>130/80 mmHg, usia>35 tahun, pernah melahirkan bayi>4 kg, kurang aktivitas fisik, memiliki riwayat keluarga penderita DM dan hipertensi atau penyakit jantung. Pemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan untuk pemantauan prediabetes yaitu melalui pengukuran glukosa puasa, HbA1c, TTGO, kolesterol HDL, kolesterol LDL, trigliserida, AUK dan tekanan darah.

“Pemeriksaan HbA1c dilakukan untuk menilai kualitas pengendalian kadar glukosa darah dalam waktu 2-4 bulan, menilai efektivitas terapi, direkomendasikan oleh American Diabetes Association untuk diagnosis DM tipe-2 dan menilai resiko tinggi diabetes (prediabetes), serta digunakan untuk menghitung rata-rata kadar glukosa darah (eAG). Pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan oleh laboratorium bersertifikasi NGSP (National Glycohaemoglobin Standardization Program). Kita harus mengingat bahwa pencegahan diabetes adalah satu-satunya cara untuk mengurangi kasus diabetes melitus dan komplikasinya. Dengan melakukan identifikasi prediabetes dan intervensi dini, progresivitas prediabetes menjadi diabetes dapat dihambat dan bahkan dapat dicegah.” tutup Marita Kaniawati.

 

Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi :

Ampi Retnowardani

Marketing Manager